Mari kita eksplorasi sejarah, teknik dasar, dan peraturan dalam olahraga tenis lapangan . Tenis lapangan melibatkan penggunaan raket dan bola kecil yang dimainkan dengan cara memukul bola melewati net di lapangan.
Biasanya, tenis lapangan dimainkan oleh dua pemain atau dua pasangan masing-masing dua pemain. Setiap pemain menggunakan raket untuk memukul bola karet dengan tujuan membuat lawan tidak bisa mengembalikan bola tersebut.
Tenis merupakan olahraga yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat dari segala usia, termasuk mereka yang menggunakan kursi roda.
Asal-usul tenis lapangan dapat ditelusuri dari permainan bola tangan yang berkembang di Perancis pada abad ke-11, yang dikenal sebagai “jeu de paume” atau “permainan telapak tangan”. Permainan ini menjadi populer pada abad ke-16.
Pada abad ke-16 dan 18, permainan ini sangat digemari oleh raja dan bangsawan. Sebelum memulai permainan, pemain akan meneriakkan “tanez” yang berarti “mainkan!” dalam bahasa Perancis.
Pada 1530-an, Raja Henry VIII dari Inggris membangun lapangan tenis di Istana Hampton Court. Raket pertama kali ditemukan pada 1583 di Italia. Popularitas tenis meroket di Inggris pada 1870-an setelah publikasi “A Portable Court of Playing Tennis” oleh Walter Clopton Wingfield pada 1874. Ia dianggap sebagai pelopor tenis lapangan.
Pada 1874, tenis lapangan pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat, di mana klub tenis pertama didirikan di Staten Island. Organisasi internasional untuk tenis lapangan, dulu bernama Federation Internationale de Lawn Tennis (FILT), dibentuk pada 1913 di Prancis, lalu berganti nama menjadi International Lawn Tennis Federation (ILTF), dan akhirnya menjadi International Tennis Federation (ITF) pada 1977.
Kejuaraan tenis lapangan paling bergengsi di dunia, Wimbledon, dimulai pada 1877, dengan standar peraturan dan organisasi kompetisi diterbitkan pada 1881.
Di Indonesia, tenis lapangan mulai berkembang pada tahun 1920-an, terutama di kalangan sekolah-sekolah elit. Pertandingan-pertandingan ini mulai diselenggarakan oleh berbagai organisasi pemuda, dan perkembangan tenis lapangan semakin pesat setelah Indonesia berhasil meraih kemenangan dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh Belanda.
Melihat semakin pesatnya perkembangan tenis lapangan dan penerimaan masyarakat, Persatuan Lawn Tenis Indonesia (Pelti) didirikan pada tanggal 26 Desember 1935.
